Minggu, 25 September 2011

Tak Ada Mimpi Indah

Aku tak berdaya
Ingin manjakan perhatikanmu
Bukan orang lain
Hanya ingin kamu

Namun keadaan berubah
Tak ada mimpi yang indah
Disini terakhir terkapar laraku
Aku memang salah dan hina
Tak pantas sakitimu lagi

Phobia

Jelas ini ketakutan parah
Trauma diatas trauma
Selangkah mengawali tak berani
Beranjak memulai tak bernafsu

Aku takut padaku yang begini
Tersudut memegangi kepalaku
Meyakini bahwa cinta slalu mengalahkanku
Merasa bagai pejuang tanpa pedang dan tamengnya

Apa bedanya bila masih sendiri
Pujian selangitku bak senyum mengiris
Tak berarti
Semangatku terhenti

Jumat, 23 September 2011

Setengah Hati

Dipermainkan bagai boneka
Dipermalukan didepan mereka
Dihunus dari segala arah
Lunas sudah kemenangan raja

Setengah hati terbelah dan melebur dengan angin
Sembari menarik nafas setengah hati terhembus
Sulit menahan sakit di setengah hati
Bila harus remuk biarkan tak setengah hati

Nyawaku dan jantungku rapuh
Salah bila ku biarkan rasaku terjaga
Tanpa cara ku buat kesedihan
Ku pertahankan walau tak bisa ku pisahkan

Kosong Dalam Lamunan

Tebak merah dan ungu dari ronaku
Masih kaku dengan janji dan bicara rasa
Akhirku akhirmu tak mengeti
Tanpa bening menetes lagi

Terasa hangat tegukan malam
Penuh galau yang terlintas lepas
Bukan dengan kesamaan memanjat tebing
Hilir mudiknya hanya suatu yang kasar

Terus menulis tanpa pikiran
Ditemani gelas setengah terisi
Tanpa ritme
Monoton bagai aliran darah

Bidadariku

Aku ingin disayang
Yang semakin besar ditiap waktunya
Dengan ketakutan aku berharap
Berikan titipan nikmat itu padaku

Bidadariku
Siapapun itu yang tertakdir untukku
Dengarlah..
Aku menunggumu datang
Jangan biarkan aku lebih lama lagi menanti

Minggu, 18 September 2011

Merayu

Aku tahu tak mungkin tangan ini menggapaimu
Kau dilangit tinggi dan tlah bersayap
Tak mungkin ku panah sayapmu agar kau terjatuh
Takkan tega kulakukannya
Biar saja ku kirim bintangku temanimu disana
Tuk sampaikan rasaku untuk rasamu

Dara cantikku takkan bertemankan gelap
Kan ku terangi dengan mentariku
Takkan ku biarkan basah
Kan ku payungi dengan basahku

Tetaplah indah dipandangku
Bagai mekarnya mawar yang terus merona

Malam Magis

Mengapa aku terus menerawang
Semalam ku mimpikanmu dan mimpikan dia
Semuanya salah
Semuanya berat dimalam yang sulit

Entah apa yang terjadi malamku begitu nyata
Penuh magis hingga pagi
Namun aku masih tak kuat
Membuka mata melihat massa

Tahun Ke 5

Malam tlah berganti esok
Tak ada yang berarti
Sama layaknya tahun-tahun sebelumnya
Tak ada kesan
Tak perlu diingat

Lalu untuk apa menunggu hingga kian larut
Aku lelah disemua hal
Menjemari aku
Menggubah hatiku
Takkan pernah dewasa dengan teori

Berharga bagiku

Sekian lama mencoba melupakan kehadiranmu
Cemburu pada yang baru
Meretas celah waktu yang terbagi
Sungguh hanya bayangmu yang ada temaniku

Mungkin dosa aku menginginkanmu
Tapi ini diriku yang kau kenal
Menanti cinta menang dihatiku

Sementara antek-antek menggoda disini
Ingatan dan letih terayu parasnya
Mainkan lagu baru dikehidupanku
Biarkan menyendiri kunikmati benci

Waktu Rehat

Kini harus menekan rasa
Hilangkan hasrat
Walau hanya ingin menyapa
Ingin bicara
Tak lama lagi tegur sapa
Dan waktu tuk berjumpa

Coba tak turuti nafsu
Meski ku mau
Sekuat apa aku?
Menjaga meski ragu

Pengujiku

Tiap hariku yang terlewat kini adalah tahap
Tangga untuk lebih baik dan berkembang
Tiap gerakku adalah ujian
Mereke penguji mereka teman
Terima kasih teman pengujiku

Tiap kesalahan emas bagiku
Satu kesempatan nilai untukku
Dan satu kepercayaan modal untukku

Sabtu, 10 September 2011

Titah Pesakitan

Kenyataan memang dibuat terbalik
Biarkan semua tertulis dan terucap terbalik
Senyum sama dengan tangis
Tangislah pembawa bahagia
Begitu kata pemuda pesakitan

Seharusnya dia mengerti yang harusnya dilakukan bila masih ada iba untukku
Tak mungkin aku dibiarkan berharap dan dibunuh pengharapan
Tubuh ini sensitif
Rentan terluka
Bisa hancur hanya dengan kata biasa

Pergi itu pilihan baginya
Itupun bila iba untukku menyertainya
Begini adalah biasa untuknya
Tapi bagiku itu berarti aku harus menerima

Rabu, 07 September 2011

Untuk Penyair

Sungai yang kering bak gores tanah liat
Puntung basah ditepi jalan persimpangan
Kaca yang retak karena terguncang
Panas yang tak sejuk tanpa mendung dilangit


Jalan tak rata tanpa kubangan
Jurnal jingga berisi kutipan
Kantong putih kosong tergantung didinding
Kunci tergantung tak mengunci


Apa kabar bintang malam
Lama tak menyapamu berisik
Bosankah kau disana
Turunlah biar ku gantikan sejenak tempatmu

Main Gila

Sejenak dia main gila
Akupun begitu
Aku tahu peraturannya sudah dibuat
Tapi ku abaikan
Tak peduli akan kalah diakhir nanti
Karena walau sebentar aku pemenang

Sembunyikan aku dari dunia saat sejenak ku dengar duniamu
Sudah seharusnya begitu
Tak banyak kata tapi banyak makna
Bukan yang pertama kali kan jadi santailah

Merasa berdosa mengusik sebuah simpul?
Bukankah sudah kenyang dosa walau tahu itu terlarang
Tak khawatir jadi persinggahan?
Bukankah cuma itu yang bisa ku harap

Harus

Bagi orang sepertiku cinta harus dikalahkan
Banyak yang masih harus dilakukan
Harus dihempaskan
Bukan sebagai pilihan tapi keharusan

Tapi saat gelegar petir yang ku kumandangkan kemarin tak lagi membelah langit
Bisa apa aku?
Aku hanya kadang tak tahu bagaimana cara menolaknya
Walau aku harus tau sakit yang menanti saat menerimanya

Hidupku tak harus selalu sempurna kan
Jadi biarlah ketidak sempurnaan selalu berbagi denganku
Nikmati menjalani luka dan senyum dengannya
Tak seburuk itu bila aku harus menangis karenanya
Namun ku sesalkan aku tak lagi bisa katakan rindu padanya

Jumat, 02 September 2011

Adakah Yang Lebih Indah ??

Jika cinta yang seindah ini masih terpisah
Haruskah ku bermimpi temkan warna yang lebih terang
Bila yang ku anggap sejati masih bisa pergi
Akankah aku bertemu hari yang lebih cerah

Demi hati yang terluka relakan sepi ini
Selamanya masih kan berbeda
Tuk jadikan dewasa dengan luka
Seperti jiwa yang berjalan tanpa arah
Tersesat dalam tangis yang tak habis

Dua Hari

Hasrat ingin cepat kembali kesana
Ke tempat ku terasing
Dirumah aku tersiksa
Tiap hariku tertembak rindu

Sakit ini sungguh tak tertahan
Kau tahu bagaimana rasanya
Dan aku tahu tak ada obatnya

Bila tak ada tanya tak ada suara
Secarik kertas yang tertiup terbalik tertunduk
Dua hari tersisa
Dua hari akan gersang dan mati

Dimalam Fitri

Malam ini emosional
Terlantun nada awal ku bernyanyi untukmu
Juga dentuman pelan bila rindu kamu
Entah apa yang memulai

Ku kupas  perlapis buku yang ku tulis
Namamu pernah jadi judul puisi
Indah..
Terkenang..
Namun terlalu naif untuk kembali berlinang
Cukuplah sedikit sesak

Entah mengapa aku tak jua paham
Ingin ku remas jantung ini
Daripada terus sesak begini
Aku benci begini saat tak ada yang bisa ku bagi