Kamis, 17 Maret 2011

Angsa Putih

Angsa putih kecil berlari gontai belajar kepakkan sayap
Di danau sepi tanpa mata angin hanya laju air tenang beriring
Berguru ia akan dunia dari kerasnya berpeluh tersandung
Dari matahari yang panas semua berawal berjalan lambat

Tidaklah malam yang kuliti seutas bulu kecil yang masih rapuh
Bukan udara dingin yang bekukan nafas untuk menghangat
Namun sepi lebih berkuasa akan seujung jari yang kaku berharap
Dimana tak kunjung datang teman dengan cahaya bintang yang kan dia bagi

Saat esok datang dengan senyuman dengan tawa yang berulang
Ketika itu tak lagi sepi merindukan keheningan sendiri
Namun tak jua kepakan sayap kecil berani tinggalkan tanah
Hanya berlarian dengan asa yang kian menari diawan

Mencoba berani terjunkan kaki yang lemah berenang
Saat itu terlambat tuk tak lagi terbang menepi jauh diseberang
Lupakan tebang untuk sejenak berulang kunjungi tepian yang tak dekat
Namun berbeda saat semua dimulai tanah diujung tepian

Tak selalu mudah bergerak berlari menunjukkan ketulusan tanpa melawan deru angin
Badai tanpa mendung seakan tak mau pergi saat pagi tak biasa
Hingga saat dimana kedua sayap terkepak dan mulai meninggi
Masih ada mimpi disela kehausan saat terjatuh

Tapi kini setali dengan penyesalan tak tertulis lagi kisah indah
Dimana angsa putih terbang tinggi tanpa lagi berkawan asa
Ternyata awan tak seputih lukisan tanpa warna yang mengering
Demikian langit tak seramah sapaan pagi diakhir ingatan yang tersisa

 Enggan baginya si angsa putih untuk menyentuh bumi saat udara yang dikumpulkannya tak cukup banyak merangkai senyum
Walau lelah kepakan melemah diujung mentari yang terang hangat menunggu
Tinggi mimpinya saat terbang seakan tak menyerah membelah langit
Untuk sekedar mengemis harap diketinggian yang tak dikenalnya

Angsa putih yang terikat meronta dengan keadaan tanpa bersuara
Mengenang waktu saat kepakan sayap tak tinggikannya dari tanah yang berdebu
Disana temannya telah terikat dengan kejujuran dan pilihan manis dari fitrahnya
Takkan lagi bertemu sebagaimana nasib angsa putih kecil yang belajar menggapai awan

Suatu saat ketika tak lagi ada angin berhembus tiupkan hasrat terbang, angsa putih kan mengerti..
Tiap perjalanan berujung dengan putih yang melekat mendampingi wajah yang tak lagi segar
Dan mata yang tlah lihat luas langit serta saksikan kenangan bumi berujar
Tak seharusnya ku tinggalkan pelangi ketika ku terbang dimusim semi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar